Matematika bukan sekadar hitung-menghitung, tetapi sarana berpikir logis dan memecahkan masalah.
Apa itu Literasi Matematika? Menurut OECD (PISA):
Literasi matematika adalah kemampuan untuk merumuskan, menerapkan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks kehidupan nyata. Tujuannya agar individu dapat memahami peran matematika di dunia dan membuat keputusan yang tepat.
Perbedaan Literasi dan Numerasi pada Matematika:
Numerasi: kemampuan menggunakan pengetahuan matematika dalam situasi nyata (praktis). Literasi matematika: kemampuan menalar, menganalisis, dan mengevaluasi masalah menggunakan konsep matematika.
Contoh:
-
Numerasi: membaca grafik penjualan.
-
Literasi matematika: menafsirkan tren dan membuat prediksi.
Tujuan Literasi Matematika:
-
Membentuk kemampuan berpikir logis, kritis, dan analitis.
-
Membantu memahami dunia melalui pola, hubungan, dan data.
-
Mendorong pengambilan keputusan berbasis bukti.
-
Menghubungkan pembelajaran matematika dengan kehidupan sehari-hari.
Komponen Literasi Matematika:
-
Formulate: merumuskan masalah dunia nyata menjadi bentuk matematika.
-
Employ: menerapkan konsep dan prosedur matematika untuk menyelesaikan masalah.
-
Interpret: menafsirkan hasil matematika dan mengaitkannya kembali ke konteks nyata.
Contoh Literasi Matematika sehari-hari
-
Menafsirkan grafik ekonomi atau iklim.
-
Membandingkan bunga pinjaman atau tabungan.
-
Menganalisis data hasil survei.
-
Mengambil keputusan berbasis data (misal: efisiensi energi atau konsumsi).
Strategi Literasi Matematika di Kelas:
-
Gunakan konteks autentik (data nyata, situasi sosial, ekonomi, lingkungan).
-
Dorong siswa membuat model matematika dari masalah nyata.
-
Ajak siswa menafsirkan dan merefleksikan hasil perhitungan.
-
Kolaborasikan matematika dengan mata pelajaran lain.
Peran Guru dalam Literasi Matematika
-
Mendorong siswa berpikir reflektif dan analitis.
-
Menjadi fasilitator dalam proses penemuan dan penalaran.
-
Mengembangkan tugas berbasis konteks.
-
Menilai kemampuan berpikir, bukan sekadar hasil akhir.